Dipikir keri

dipikir keriManusia itu banyak tipe, ada yang tipe kaekan mikir (terlalu banyak mikir), pikir keri (dipikir belakang), ora usah dipikir (tidak usah dipikir), dipikir karo mlaku (dipikir sambil menjalani).

Sebuah iklan memperlihatkan dialog antara bapak dan anak perempuannya yang sudah remaja. Dialog itu tentang pernikahan. Si anak berkeputusan melanjutkan kuliah Strata Dua dulu baru menikah. Alasannya untuk selesai kuliah dulu adalah agar seimbang dengan suaminya. Read the rest of this entry

Masalah Upa dan Sega

SEGA UPASuatu siang saya makan di depan Bapak. Saya menyelesaikan makan dan menyisakan beberapa butir opo penulisannya upa, nasi satuan di Jawa di sebut upo. Jika nasi satu piring disebut sega atau sego. Bapak dengan wajah serius menghardik saya, “Ambil dan makan!”. Saya yang sudah beranak istri menurut saja seperti anak-anak umur 10 tahunan. Bagi Bapak makan harus bersih tidak boleh ada sisa.

Peristiwa ini saya ceritakan kepada Gus Aniq. Gus Aniq menambahi cerita tentang seorang Kiai entah siapa namanya saya lupa. Kiai itu diundang acara selamatan, sepulang acara di dalam mobil ia mendengar suara tangisan. Rupanya tangisan itu dari upo yang tercecer dan menempel di sarung Kiai. Upo itu menangis karena tidak ikut tertelan oleh Kiai sebagaimana upo-upo yang lain. Ternyata upo punya nyawa, ia juga punya perasaan dan sedih kalau menjadi sia-sia. Setelah upo ditelan oleh Kiai suara tangisan itu hilang. Read the rest of this entry